Daerah

KPw BI Lhokseumawe Gelar Sembako Murah di Festival Kick Off Serambi

Aradionews Lhokseumwe – KPwBI Lhokseumawe menggelar Kick Off SERAMBI (Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri), kegiatan Dirangkai dengan MUBARAQ, Road to Fesyar, dan Pasar Murah, Rabu (20/3/2024).

“Momen Ramadan dan persiapan Idulfitri secara historis meningkatkan permintaan komoditas pangan dan berpotensi mendongkrak tekanan inflasi,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe Gunawan.

Sambungnya, ini menjadi dasar pentingnya kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk menggelorakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berupa operasi pasar murah dengan subsidi angkut bekerjasama dengan Disperindagkop UKM Kota Lhokseumawe.

Lebih lanjut, dalam rangka upaya pengendalian inflasi bersama, kegiatan Kick Off SERAMBI juga dirangkaikan dengan pasar murah sebagai aksi nyata dalam melakukan stabilisasi harga pangan yang berlandaskan pada kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).

“Bank Indonesia berharap semua upaya ini dapat membantu menahan laju inflasi tahun 2024 berada pada sasaran inflasi nasional yaitu 2,5±1%,” harapnya.

Selain itu ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Perbaikan terutama ditopang lebih kuatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India sejalan dengan konsumsi dan investasi yang tinggi. Sementara itu, kondisi ekonomi Tiongkok, Inggris, dan Jepang yang masih lemah menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan prakiraan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi Indonesia TW IV 2023 tumbuh 5,04% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy). Secara keseluruhan tahun, PDB 2023 tumbuh 5,05%. Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat didukung oleh permintaan domestik yang solid. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat juga tercermin dari sisi Lapangan Usaha (LU) terutama Industri Pengolahan, Konstruksi, Pertambangan dan Penggalian, serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Pada 2024, pertumbuhan pereknomian Indonesia akan tetap kuat sejalan dengan keyakinan konsumsi masyarakat yang kondusif dan membaiknya kinerja ekspor. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5%.

“Perekonomian Aceh pada triwulan IV 2023 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, ekonomi Aceh tumbuh 4,23% meningkat dibanding tahun 2022 sebesar 4,21%,” jelasnya.

Provinsi Aceh masih mengalami defisit perdagangan antar daerah pada tahun 2023 sebesar Rp4,68 T, menurun signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp20,49 T. Defisit utamanya berasal dari pembelian cerutu dan sigaret; buah dan kernel kelapa sawit; alat transportasi; motor, dan mobil. Namun, defisit lebih lanjut dapat ditahan dengan penjualan beberapa komoditas seperti minyak kelapa sawit mentah; buah dan kernel kelapa sawit; kopi (roasted).

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Wilker KPw BI Lhokseumawe sebagian besar masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Aceh. Terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dari Prov Aceh, yaitu Aceh Tengah (5,60%) sekaligus yang tertinggi di Prov Aceh, Bener Meriah (5,22%), dan Bireuen (4,38%).

Dari sisi inflasi, inflasi nasional menurun dan terjaga dalam kisaran sasaran. Hal ini tak lepas dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Adapun di Aceh, Berdasarkan data BPS, inflasi tahunan Provinsi Aceh mencatatkan angka 2,33% (yoy) pada Februari 2024, meningkat dibandingkan Januari 2024 yang sebesar 2,12% (yoy). Komoditas beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), tomat, cabai merah, dan gula pasir menjadi komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi. Hal ini utamanya diakibatkan oleh kondisi cuaca yang bredampak pada pergeseran musim tanam dan panen serta peningkatan permintaan.(aradio)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *